Langkah Kecil di Negeri Naga Biru

langkah-kecil-di-negeri-naga-biru

iburanhemat.id – Pagi itu, embun masih setia menempel di kaca jendela ketika aku memulai perjalanan kecilku—sebuah petualangan yang tak pernah kusangka akan begitu membekas. Negeri ini asing, jauh dari riuh kota tempat aku biasa hidup. Namun, ada sesuatu di namanya yang membuatku penasaran: Negeri Naga Biru.

Aku tahu, tentu saja, ini bukan negeri dalam arti harfiah. Bukan pula negeri yang bisa ditemukan dalam peta dunia. Tapi di sinilah aku berdiri sekarang, di tengah desa kecil yang terletak di kaki pegunungan, dikelilingi kabut tipis dan suara gemercik air dari sungai yang mengalir lembut. Mereka—penduduk setempat—menyebut tempat ini Negeri Naga Biru karena kabut biru yang kerap turun dari gunung dan menyelimuti desa seperti napas seekor naga raksasa.

Awal dari Langkah Kecil

Aku datang ke sini bukan sebagai petualang, bukan juga sebagai pelancong glamor dengan koper beroda dan itinerary yang rapi. Aku datang sebagai seseorang yang ingin rehat sejenak dari rutinitas, dari segala keramaian yang membuat lupa cara bernapas dengan pelan. Langkahku kecil, tapi niatku besar: untuk belajar kembali bagaimana rasanya hidup, bukan hanya sekadar bertahan.

Langkah kecil itu dimulai dengan menyusuri jalan setapak ke ladang teh. Bertemu Pak Siman, petani tua yang mengajarkanku cara memilih pucuk teh terbaik. Siang hari kuhabiskan di beranda rumah kayu sambil menyeruput teh hangat dan menulis hal-hal kecil yang kurasakan. Betapa langit di sini lebih jujur. Betapa sunyi ternyata bisa menjadi sahabat yang baik.

Pelajaran dari Sang Naga

Di balik keheningan dan kesederhanaan Negeri Naga Biru, aku belajar satu hal penting: bahwa kita tak perlu mengejar dunia dengan terburu-buru. Kadang, justru dengan memperlambat langkah, kita bisa lebih melihat warna-warna yang selama ini terlewatkan.

Seorang anak kecil bernama Lina pernah berkata padaku, “Kalau kita jalan pelan, kita bisa lihat kupu-kupu.” Kalimatnya sederhana, tapi entah kenapa menamparku lembut. Selama ini aku berlari terlalu cepat, sampai lupa memperhatikan hal-hal kecil yang mungkin justru paling berarti.

Menyimpan Birunya di Hati

Hari-hariku di Negeri Naga Biru tidak panjang, hanya beberapa minggu. Tapi setiap langkah kecil yang kuambil di sini terasa dalam. Aku pulang dengan ransel yang sama, tapi hati yang berbeda. Lebih ringan, lebih sadar.

Kini, setiap kali hidup terasa terlalu ramai, aku menutup mata dan membayangkan kabut biru itu. Bayangan siluet gunung, aroma teh hangat, dan suara tawa anak-anak desa yang berlarian menyapa pagi. Negeri Naga Biru, bagiku, bukan sekadar tempat—ia adalah pelajaran tentang bagaimana hidup dengan pelan, tapi penuh.

Dan begitulah kisah langkah kecilku. Mungkin bukan perjalanan luar biasa yang akan masuk majalah, tapi bagiku, ini adalah perjalanan pulang ke diri sendiri.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *