Kenapa Saya Selalu Memilih Negara yang Kurang Populer untuk Liburan

kenapa-saya-selalu-memilih-negara-yang-kurang-populer-untuk-liburan

liburanhemat.id – Beberapa teman sering bertanya kenapa saya jarang liburan ke tempat-tempat mainstream seperti Paris, Tokyo, atau Bali. Bukannya saya anti destinasi populer—saya mengerti daya tariknya. Tapi entah kenapa, hati saya selalu tertarik pada negara-negara yang kurang populer di kalangan turis. Negara-negara yang bahkan kadang membuat petugas imigrasi mengernyit dan bertanya, “Kenapa ke sana?”

Saya ingin berbagi alasan kenapa saya justru jatuh cinta pada destinasi yang tak banyak orang pilih. Siapa tahu kamu juga jadi tertarik keluar dari jalur umum dan mencoba pengalaman yang benar-benar otentik.


1. Pengalaman yang Lebih Otentik

Negara-negara yang jarang dikunjungi turis biasanya belum terlalu ‘terkomersialisasi’. Budayanya masih terasa murni, interaksi dengan penduduk lokal lebih natural, dan kamu bisa merasakan kehidupan sehari-hari mereka tanpa “filter” industri pariwisata. Di Albania, misalnya, saya pernah diajak makan malam oleh keluarga lokal hanya karena mereka penasaran dengan saya sebagai turis asing. Bayangkan, siapa yang mau ajak kamu makan bareng tanpa pamrih di kota super sibuk seperti Roma?


2. Harga Lebih Bersahabat

Traveling ke negara kurang populer sering kali jauh lebih ramah di kantong. Akomodasi, makanan, dan transportasi lokal bisa setengah harga dibanding negara mainstream. Di Georgia, saya bisa makan enak, tidur nyaman, dan keliling kota hanya dengan budget yang sangat bersahabat. Ini membuat saya bisa liburan lebih lama dan mencoba lebih banyak hal.


3. Bebas dari Keramaian

Jujur, saya bukan tipe yang suka antre panjang demi satu foto Instagram. Di negara yang tidak terlalu terkenal, kamu bisa menikmati pemandangan indah tanpa desakan manusia di sekelilingmu. Saya pernah berada di sebuah kastil tua di Slovakia, dan selama satu jam penuh, saya hanya ditemani angin dan suara burung. Rasanya seperti punya dunia sendiri.


4. Lebih Banyak Pelajaran Hidup

Karena destinasi yang saya pilih sering kali jauh dari “kenyamanan standar”, saya belajar banyak hal—tentang kesabaran, adaptasi, dan membuka pikiran. Di Kirgistan, saya pernah harus tidur di rumah warga karena satu-satunya penginapan penuh. Di sana, saya belajar tentang keramahtamahan dalam bentuk paling tulus. Pengalaman semacam ini justru menjadi cerita terbaik dalam hidup saya.


5. Mendukung Ekonomi Lokal

Dengan berkunjung ke negara-negara yang belum banyak mendapat perhatian, saya merasa ikut berkontribusi pada ekonomi lokal. Setiap saya menginap di guesthouse kecil atau membeli suvenir dari perajin lokal, saya tahu uang saya punya dampak langsung. Ini membuat perjalanan saya terasa lebih bermakna.


Traveling Itu Soal Rasa, Bukan Gengsi

Liburan bukan ajang pamer paspor atau koleksi stempel di Instagram. Buat saya, traveling adalah cara untuk terkoneksi dengan dunia—dengan cara yang paling jujur dan personal. Dan kadang, untuk menemukan keindahan sejati, kita justru harus menjauh dari keramaian dan berani menelusuri jalan yang sepi.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *