Di Antara Lotus dan Lampion: Jejak Langkahku di Thailand

di-antara-lotus-dan-lampion-jejak-langkahku-di-thailand

liburanhemat.id – Ada sesuatu yang magis dari Thailand negeri dengan aroma rempah, senyum ramah, dan warna-warna yang meledak di setiap sudut kota. Perjalananku kali ini bukan hanya tentang menjejakkan kaki di negeri Gajah Putih, tapi juga tentang menemukan kedamaian dalam kekayaan budaya yang menenangkan jiwa.

Lotus: Simbol Kedamaian dan Meditasi

a pond filled with lots of water lilies

Perjalanan dimulai dari Chiang Mai, kota yang tenang di utara Thailand yang dipenuhi kuil-kuil kuno dan udara pegunungan yang segar. Di sinilah aku pertama kali melihat ritual melepaskan bunga lotus ke kolam di depan kuil Wat Phra Singh. Bunga lotus di Thailand bukan sekadar hiasan—ia adalah simbol kesucian, kelahiran baru, dan perjuangan untuk menjadi lebih baik.

Aku mengikuti meditasi singkat bersama biksu lokal. Duduk bersila dengan teratai di tangan, aku belajar tentang pentingnya hadir di saat ini. Ternyata, kebahagiaan bisa sesederhana mengamati napas dan membiarkan pikiran tenang seperti permukaan air danau.

Tips buat kamu: Banyak kuil di Thailand menawarkan program meditasi untuk turis. Coba datang pagi hari, kenakan pakaian sopan, dan cukup sumbangkan seikhlasnya. Sebuah pengalaman spiritual yang nggak bisa dibeli dengan uang.

Lampion: Harapan yang Mengudara

low-angle shot of paper lanterns

Kemudian aku sampai di salah satu momen paling mengharukan selama di Thailand: Festival Yi Peng. Di malam itu, langit Chiang Mai dipenuhi cahaya lampion yang melayang perlahan, membawa harapan dan doa para penduduk dan wisatawan yang datang dari seluruh dunia.

Aku menuliskan satu harapan sederhana di lampionku: “Semoga langkah ini membawaku lebih dekat ke versi diriku yang paling jujur.” Saat lampionku terbang, aku menangis—bukan karena sedih, tapi karena merasa benar-benar hadir, benar-benar hidup.

Tips buat kamu: Festival Yi Peng biasanya jatuh di bulan November. Kalau ingin ikut, pesan akomodasi jauh-jauh hari dan pilih lokasi pelepasan lampion resmi agar tetap aman dan menghormati tradisi lokal.

Jejak Rasa, Jejak Jiwa

Tentu saja, perjalanan ke Thailand tak lengkap tanpa mencicipi makanannya. Aku jatuh cinta pada mango sticky rice di pasar malam dan semangkuk Tom Yum yang pedasnya bikin berkeringat tapi nagih. Tapi lebih dari rasa, setiap suapan punya cerita—tentang nenek yang menjaga resep keluarganya, tentang pedagang muda yang belajar dari YouTube, tentang budaya yang hidup di antara bumbu dan wajan.

Tips buat kamu: Jangan ragu jajan di street food. Selama tempatnya bersih dan antreannya ramai, itu pertanda makanannya enak dan aman. Coba juga ikut kelas memasak—selain bisa makan, kamu bisa bawa pulang ilmu.


Menutup Langkah di Negeri Senyum

Di antara lotus dan lampion, aku belajar bahwa perjalanan bukan hanya tentang tempat yang kita datangi, tapi tentang bagaimana kita berubah selama perjalanan itu. Thailand mengajarkanku untuk memperlambat langkah, menikmati momen, dan percaya bahwa setiap doa yang kita panjatkan—sekecil apa pun—punya kemungkinan untuk dikabulkan.

Kalau kamu sedang mencari tempat untuk menyegarkan jiwa, menantang lidah, dan merasakan kehangatan manusia yang tulus, Thailand adalah jawabannya.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *