liburanhemat.id – Kalau ditanya soal negara Asia Tenggara yang penuh kejutan, Vietnam pasti masuk daftar teratas saya. Negara ini seperti dua dunia yang hidup berdampingan—di satu sisi ada sawah hijau yang membentang, desa-desa yang masih menjaga tradisi, dan di sisi lain, ada kota-kota yang berlari kencang menuju modernitas, memamerkan gedung pencakar langit dan kafe bergaya industrial yang kekinian. Perjalanan saya menyusuri kontras itu jadi pengalaman yang sulit dilupakan.
Awal Cerita: Damainya Hidup di Desa
Perjalanan dimulai dari utara Vietnam, tepatnya di Sapa—kota kecil yang dikelilingi pegunungan dan sawah bertingkat yang indahnya bikin napas tertahan. Pagi-pagi, saya bangun di homestay milik keluarga etnis Hmong. Dari balkon kayu, saya bisa lihat kabut pagi menyelimuti ladang padi, sementara suara ayam dan anak-anak kecil yang tertawa jadi alarm alami.
Di sini, waktu seperti berjalan lambat. Orang-orang menyapa tanpa terburu-buru, anak-anak sekolah berjalan kaki menyusuri jalan tanah, dan kehidupan tampak sederhana tapi penuh makna. Saya sempat ikut membantu menanam padi—hal yang sebelumnya cuma saya lihat di film dokumenter.
Melompat ke Masa Depan: Hanoi dan Ho Chi Minh City
Kontras mulai terasa saat saya tiba di Hanoi. Kota ini penuh kehidupan, padat, dan agak kacau tapi tetap memikat. Sepeda motor berseliweran seperti semut, klakson bersahutan, dan setiap sudut punya cerita. Di Old Quarter, toko-toko tua berdiri berdampingan dengan kafe modern yang menyajikan kopi telur—minuman khas Vietnam yang ternyata enak banget!
Lalu, perjalanan berlanjut ke Ho Chi Minh City di selatan—dulu dikenal sebagai Saigon. Di sinilah skyline modern Vietnam benar-benar menunjukkan taringnya. Gedung-gedung tinggi, mal yang mewah, hingga rooftop bar dengan pemandangan city lights semua ada. Tapi menariknya, di balik kaca dan beton, masih tersisa jejak sejarah dan budaya. Misalnya, di antara gedung tinggi, kamu masih bisa menemukan pasar tradisional, kuil tua, atau penjaja pho di pinggir jalan yang tetap ramai pembeli.
Dua Dunia, Satu Jiwa
Yang saya pelajari selama perjalanan ini adalah: meski berbeda rupa, desa dan kota di Vietnam punya satu benang merah—semangat. Entah itu petani di sawah yang tersenyum di bawah matahari, atau barista muda di kafe yang penuh gaya, semua tampak punya semangat yang sama: ingin hidup lebih baik tanpa kehilangan jati diri.
Vietnam adalah pelajaran tentang keseimbangan. Tentang bagaimana sebuah negara bisa berkembang tanpa melupakan akar. Dari sawah yang tenang hingga skyline yang gemerlap, semuanya menyatu jadi satu wajah Vietnam yang penuh warna.